Rabu, 22 Oktober 2008

Hati yang Suci

Hati yang Suci
Ev. Ivan Kristiono
31 Agustus 2008

Dalam Matius 5 : 8, ditulis bahwa syarat untuk melihat Tuhan adalah hati yang suci. Berbeda dengan sebagian besar orang yang mengatakan bahwa untuk melihat Tuhan harus menggunakan logika. Dalam kekristenan hanya ada 2 macam logika, yang benar dan yang salah.
II Kor 10-12 dibuat sebagai pengenalan diri Paulus yang saat itu kerasulannya diragukan oleh jemaat Korintus. Tapi lewat pasal-pasal ini kita bisa mengenal Paulus. Pada pasal 12, Paulus membedakan dirinya sendiri jadi 2, yang sombong dan yang rendah hati. Paulus bisa dikatakan orang yang low profile; dia tidak pernah menggunakan otoritas rasulnya untuk memaksa orang mengikuti ajarannya. Paulus juga bukan orang yang suka memamerkan penglihatan yang dia alami; orang yang bermegah atas penglihatan adalah orang yang bodoh. Paulus tidak mau dinilai orang lebih tinggi dari yang seharusnya, karena itulah dia tidak pernah menceritakan penglihatannya kepada orang-orang yang akhirnya bisa membuat dia menjadi legenda di antara orang-orang, kecuali jemaat Korintus yang memaksa dia berbuat demikian. Di hadapan Allah, Paulus mendapat gocohan Iblis yang mengajar dia untuk tetap rendah hati di dalam setiap anugerah yang diberikan Allah padanya.
Yoh 20:29 mengatakan berbahagialah yang tidak melihat. Sekilas ayat ini seperti bertentangan dengan Mat 5:8. Tapi sebenarnya tidak demikian. Karena yang dimaksud dengan melihat di Mat 5:8 bukanlah melihat secara fisik, tapi yang percaya pada Tuhan. Dalam hidup bukan melihat Tuhan secara fisik yang harus dikejar seperti pikiran orang Yahudi pada masa itu.
‘Murni hatinya’ juga tertulis di Mzm 24:3-5. Maksud dari murni hati adalah jujur, tidak membangun kesucian diri di luar, tidak mendua hati, serta menjadikan Tuhan sebagai pusat hidup, tidak hidup berpura-pura dan munafik di hadapan Tuhan sehingga menjadi seorang yang layak di hadapan Tuhan, layak untuk menerima berkat.
Manusia semakin memiliki uang, akan semakin memegang miliknya itu. Maka murni hati harus miskin di hadapan Allah. Baik di hadapan Allah maupun manusia harus jujur dan bersih. Jujur dalam arti mengumakan Tuhan dalam seluruh kehidupan. Kalau bukan Tuhan yang menjadi pusat hidup, yang terlihat hanyalah efek dari kejujuran padahal dalamnya busuk.
Murni hati adalah suatu komitmen tidak bersyarat untuk mengikut Tuhan. Melihat Tuhan adalah bisa melihat panggilan dan rencana Tuhan di tengah-tengah zaman kita ditempatkan, benar-benar mengerti rencana Tuhan dan tidak kompromi dengan dunia.

Tidak ada komentar: