Kamis, 16 Oktober 2008

Kasih mengalahkan ketakutan

Renungan dari kitab 1 Yohanes

Kasih mengalahkan ketakutan
JeffreyLim

“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan.” ( 1 Yoh 4:18 )

Surat 1 Yohanes ini ditulis oleh murid Tuhan Yesus yang paling dikasihi Tuhan. Yohanes adalah murid spesial dan yang paling dekat dengan Tuhan Yesus. Dia melihat bagaimana wujud kasih Allah itu yaitu dalam diri Yesus yang dia kasihi. Di dalam diri Yesus, kita melihat adanya kasih Allah. Ketika melihat banyak orang yang letih lesu dan berbeban berat, hati Yesus tergerak dengan belas kasihan. Ketika melihat orang menderita sakit penyakit, Yesus menyembuhkan penyakitnya. Ketika melihat Zakheus orang berdosa yang rindu melihat Yesus, Yesus datang kedalam rumahnya dan juga masuk ke dalam pintu hatinya. Ketika melihat wanita yang berzinah dan hendak dihukum, Yesus mengampuni dosanya. Bahkan Yesus menangisi Yerusalem dan ingin menyatukan mereka seperti induk ayam yang hendak menaungi anak-anaknya. Di dalam Yesus Kristus, kasih Allah dinyatakan kepada manusia.

Yohanes juga hanya seorang rasul yang menyaksikan penangkapan Yesus sampai penyaliban Yesus. Dia seorang yang menyaksikan betapa Yesus menderita. Ketika Yesus dianiaya, Yohanes melihat kasih yang dinyatakan dalam diri Yesus yaitu Yesus berdoa kepada Bapa supaya mengampuni dosa mereka. Ketika sedang susah di kayu salib, Yesus masih memperhatikan orang tuanya. Dan juga ketika sedang menderita yang sangat amat, Yesus masih sempat menginjili. Oh betapa besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya barang siapa yang percaya padaNya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.
Maka ketika Yohanes merenungkan kasih Allah, dia menulis surat 1 Yohanes ini. Di dalam 1 Yohanes ini, Yohanes mengajarkan kita supaya kita mengasihi Allah dan sesama. Perintah mengasihi ini memang sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengatakan bahwa kasih kepada Allah dan sesama merupakan kegenapan hukum Taurat. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa dalam hidup ini kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan dan juga mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Kembali Yohanes menekankan pengajaran kasih ini terutama setelah dia merenungkan semua hidup yang dia alami bersama Tuhan Yesus. Sebab Yohanes benar-benar merasakan kasih Allah yang nyata.
Karena tergerak oleh kasih Allah, Yohanes mengajarkan perintah baru supaya kita mengasihi Allah dan saudara seiman kita. Pada bagian ini dikatakan bahwa di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Timbul pertanyaan : Mengapa kita takut ? Mengapa manusia takut di dalam hubungan dengan Allah ? Dan juga mengapa manusia takut di dalam hubungan dengan sesama ? Dari mana takut itu berasal ?
Mari kita melihat kisah di kitab Kejadian yang menceritakan mengenai asal mulanya manusia merasakan takut. Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Manusia dimahkotai kemuliaan dan hormat sebagai gambar dan rupa Allah. Manusia adalah mahluk yang mulia. Kemudian Allah memberikan perintah kepada manusia untuk beranak-cucu dan kuasai bumi. Di dalam Mazmur 8 dikatakan bahwa siapakah manusia ini sehingga Tuhan mengindahkannya ? tetapi Tuhan telah membuat manusia berkuasa atas buatan tangan Tuhan. Segala-galanya diletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.
Kemudian Tuhan memberikan perintah kepada manusia pertama yaitu Adam dan Hawa bahwa mereka boleh memakan buah dari semua pohon di Taman Eden kecuali buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat. Pada mulanya hidup Adam dan Hawadi dalam kasih dan damai sejahtera. Mereka hidup di dalam hubungan intim dengan Allah. Dan Mereka juga saling hidup dalam hubungan yang intim. Mereka saling mengasihi, saling percaya, saling memberi. Namun karena manusia melanggar Firman Tuhan dengan memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat maka manusia jatuh dalam dosa. Kemudian Alkitab mencatat bahwa manusia menjadi takut dengan Allah sebab takut oleh penghukuman Allah. Lebih jauh diterangkan bahwa Adam dan Hawa saling menuduh dan mereka menjadi konfik satu sama lain. Dosa inilah yang mengakibatkan manusia takut, merasa bersalah , dan tidak aman di dalam jiwa mereka.
Psikologi mengajarkan bahwa di dalam jiwa manusia ada rasa takut, merasa bersalah dan tidak aman. Manusia menjadi tidak aman dengan sesamanya dan mereka membuat mekanisme pertahanan. Manusia menjadi takut di dalam jiwanya dan berjaga-jaga supaya tidak melukai namun kemudian manusia saling melukai. Manusia saling tidak percaya satu sama lain. Kita melihat didalam dunia ini dimana terdapat konflik keluarga, konflik saudara-saudari, peperangan, saling membunuh, saling menghianati, saling tidak percaya, dan semua ketidak harmonisan di dalam hubungan manusia. Para sosiologi dan antropologi melihat kenyataan semua ini di dalam sejarah manusia.
Psikologi juga mengajarkan bahwa pada dasarnya kebutuhan manusia adalah untuk dikasihi dan mengasihi. Namun kita tahu dari Alkitab bahwa manusia sudah kehilangan kemampuan ini. Banyak buku-buku yang ditulis bagaimana untuk mengisi kebutuhan akan kasih ini. Banyak buku yang tulis bagaimana bisa bergaul dengan sesama, bagaimana bisa mempengaruhi orang lain, bagaimana bisa memperoleh banyak teman, bagaimana mengatasi minder, bagaimana bisa menjadi seorang yang sosial, bagaimana bisa menjadi seorang yang bergembira di dalam hidup, bagaimana bisa harmonis di dalam keluarga, bagaimana adanya saling mengasihi di dalam hubungan suami istri. Pada dasarnya manusia memang mengakui kebutuhan akan hal ini. Tapi mereka tidak mendapatkannya. Rasa tidak aman, tidak percaya, takut, merasa bersalah menghantui umat manusia.
Tapi puji syukur kepada Tuhan ! Alkitab mengatakan “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan ditengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia supaya kita hidup olehNya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” ( 1 Yohanes 4:9-10 )
Problema manusia dalam hal kebutuhan akan kasih ada penyelesaiannya di dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus datang ke dalam dunia ini untuk mendamaikan kita dengan Allah. Dia datang ke dalam dunia ini untuk menyatakan kasih Allah. Dia datang memberikan dirinya sebagai korban tebusan. Kristus Yesus datang untuk mati di kayu salib untuk menggantikan dosa kita. Kita yang berdosa seharusnya dihukum oleh murka Allah untuk mati selama-lamanya di neraka, tetapi Tuhan Yesus datang menggantikan hukuman kita dan Alkitab berkata barangsiapa percaya kepada Tuhan Yesus Kristus maka dia akan diselamatkan. Kristus datang untuk mendamaiankan kita dengan Allah. Maka ketika kita menerima Dia sebagai Tuhan dan juruselamat, menyerahkan beban dosa kita kepada Tuhan dan menerima pengampunan Tuhan maka kita beroleh hidup yang kekal. Hidup kita menjadi damai dengan Allah. Alkitab berkata bahwa tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus ( Roma 8:1 ). Maka hati kita mengalami damai sejahtera karena Tuhan tidak menghukum kita sebab Dia sudah mengampuni dosa kita. Bahkan daripada itu Alkitab mengatakan bahwa kita mempunyai hidup baru. Barangsiapa yang ada di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru. Yang lama sudah berlalu tetapi sesungguhnya yang baru sudah datang. ( 2 Kor 5:17 ). Alkitab berkata setiap orang yang menerimaNya ( Kristus ) diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Maka sekarang kita menjadi anak Allah yang diadopsi oleh Tuhan. Ini adalah hidup baru, status baru, identitas baru.
Di dalam Kristus kita dilepaskan jiwa yang takut dihukum dosa, perasaan bersalah karena dosa, perasaan tidak aman karena tidak diterima/ditolak. Di dalam Kristus jiwa kita menjadi aman karena jiwa kita kembali kepada pemelihara jiwa. Lebih dari itu Allah bukan saja mendamaikan kita dengan diriNya tetapi juga mendamaikan diri kita dengan sesama kita saudara seiman.
Di dalam Kristus kita bisa saling mengasihi satu sama lain dan saling memperhatikan. Di dalam Kristus ada kasih. Dan di dalam Kristus kita bisa mengasihi dan dikasihi. Memang mungkin pada mulanya kita mengalami ketakutan karena untuk dikasihi, kita harus membuka diri kita ini; membuka luka-luka jiwa kita. Ini resiko untuk ditolak dan disakiti kembali. Tetapi syukur bahwa Allah memberikan kepada kita kasihNya sehingga ketika kita hendak mengasihi dan dikasihi kita tidak takut lagi. Mengapa ? Sebab kita sudah dikasihi Allah dan merasa aman di dalam kasih Allah. Kita tidak takut lagi ditolak oleh manusia, disakiti oleh manusia, dilukai oleh manusia sebab jiwa kita damai di dalam Tuhan, aman di dalam Tuhan, dikasihi oleh Tuhan. Lebih dari itu oleh kasih dan kekuatan Tuhan kita bisa mengasihi orang dengan tidak takut. Tidak takut karena motivasi kita sungguh sungguh tulus dan tidak mengharapkan balasan bahkan siap menerima resiko untuk mengasihi, resiko untuk ditolak dan tidak dikasihi. Bila kita tidak sungguh-sungguh dan punya motivasi tertentu atau bila kita mengharapkan kita dikasihi orang sebagai balasannya maka kita bisa menjadi takut. Namun karena kasih Kristus yang tulus yang mengalir di dalam diri kita, kita bisa mengasihi sesama kita dengan kasih dari Allah sendiri.
Kasih Kristus mengalahkan ketakutan. Kita jadi berani untuk mengasihi. Karena kasih Kristus maka hubungan kita diperdamaikan dengan sesama saudara kita. Sungguh alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun ( Mazmur 133:1 ).
Di dalam kasih Kristus, kita anak-anak Tuhan saling mengasihi, saling memberi, saling memperhatikan, saling memberi hormat. Marilah kita mengasihi dengan tidak takut. Alkitab berkata :“Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingannya orang lain”

Tidak ada komentar: